Minggu, 10 April 2011

Cerpen

Aku dan Kebijaksanaan

Di tengah kesunyian malam, sang Kebijaksanaan mendatangi kamarku dan berdiri disamping tempat tidurku. Ia memandangku laksana seorang ibu yg sedang memperhatikan anak tercintanya, lalu menyeka air mata yg menetes di pipiku dan berkata "aku mendengar jeritan tangis jiwamu dan aku datang untuk menenangkanmu. Maka bukalah pintu hatimu, niscaya aku akan mengisinya dengan cahaya menembus kegelapan. Memohonlah maka akan kutunjukkan Jalan menuju Kebenaran."
Aku terpanggil dengan perkataannya dan aku bertanya ; "wahai Kebijaksanaan siapakah diriku ini dan bagaimana aku dapat sampai di tempat mengerikan ini? Harapan besar, tumpukan buku-buku yg menggunung dan sosok siapakah yg kujumpai di tempat ini? Pikiran apakah yg datang dan pergi menggangguku laksana sekumpulan merpati liar? Kata-kata apakah yg kususun dengan seluruh hasrat dan kutulis dengan segenap kegembiraan ini? Keputusan menyedihkan dan menggembirakan apakah yg dapat kutemukan di tempat ini yg mampu melingkupi jiwaku dan menutup hatiku? Mata siapakah yg selalu menatapku dan mampu menembus jiwaku yg yg paling tersembunyi namun tak mempedulikan kesedihanku? Suara-suara apakah ini yg mambawa kedukaan di hari-hariku dan menyanyikan pujian-pujian masa kecilku? Siapakah gadis itu yg mempermainkan hasrat hatiku, menghina perasaanku? Siapakah gadis itu yg selalu melupakan kebaikankuyg telah lalu, terpuaskan dirinya dengan hari ini yg sama sekali tak berarti bagiku dan mempersiapkan dirinya untuk menghadapi hari esok yg datang perlahan? Dunia apakah ini yg mampu menggerakkan aku ke suatu tempat yg sama sekali tak kukenal? Bumi apakah ini yg selalu membuka lebar-lebar mulutnya dan ingin menelan tubuh ini dan menjadi tempat berlindung bagi Ketamakan? . . . . .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar